Jakarta, CNBC Indonesia – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berlangsung meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) naik menjadi 6,25%. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan belanja bunga utang.

“Kami memahami bahwa pergerakan pasar baik pelemahan Rupiah maupun kenaikan imbal hasil (yield) akan mempengaruhi belanja bunga,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Suminto kepada media, Kamis (25/4/2024)

Suminto memandang, meski dolar menembus Rp16.200 akan tetapi rupiah secara rata-rata year to date masih terkendali. Dalam asumsi dasar ekonomi makro APBN 2024, nilai tukar rupiah telah diperkirakan bergerak rata-rata di kisaran Rp 15.000.

“Tentunya kita berharap pergerakan pasar yang utamanya karena faktor global ini, baik tensi geopolitik maupun arah kebijakan moneter negara maju khususnya US, bersifat temporer dan tidak terus berlanjut,” paparnya.

Suminto menambahkan posisi utang pemerintah hingga akhir Februari mencapai Rp8.319 triliun. Sebanyak 88,2% merupakan Surat Berharga Negara (SBN) yang bersumber dari pasar domestik maupun global dan sisanya pinjaman.

Denominasi rupiah menjadi mayoritas dalam utang pemerintah, yaitu 71,92%. Sementara mata uang asing sebesar 28,08%. Hal ini, menurut Suminto risiko pelemahan rupiah bisa dikelola.

Begitu pun untuk risiko pada refinancing atau cara pelunasan pinjaman dengan mengajukan pinjaman baru. Per Februari 2024 rata-rata tenor utang atau Average Time to Maturity (ATM) pemerintah 7,97 tahun.

Pada risiko suku bunga, Suminto menyatakan di luar burden sharing dengan Bank Indonesia (BI), utang pemerintah yang menggunakan floating rate hanya 9,7% dari total outstanding utang.

“Kami mengantisipasi dan memitigasi risiko dari pergerakan pasar ini, termasuk dalam konteks pembayaran kewajiban utang, baik pokok utang maupun bunga utang. Kita memiliki kapasitas yang baik untuk memenuhi seluruh kewajiban utang kita,” tegas Suminto.

Dalam penarikan utang 2024, Kementerian Keuangan menerapkan strategi yang fleksibel dan oportunistik untuk mendapatkan pembiayaan melalui utang yang optimal dan efisien. Ini berkaitan dengan waktu penerbitan, tenor, nilai tukar dan instrumen.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


RI Alami Defisit Lagi, Rupiah Melemah ke Rp15.640/US$


(mij/mij)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *