Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar Rupiah masih dalam tren pelemahan dan masih berada di level Rp16.100 per Dolar AS imbas tekanan sentimen global terkait perang Timur Tengah hingga arah kebijakan Bank Sentral The Fed.
Depresiasi mata uang Garuda tentu saja turut berimbas ke sejumlah sektor usaha utamanya masih tergantung bahan baku impor seperti sektor kesehatan seperti industri farmasi hingga rumah sakit.
Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Iing Ichsan Hanafi mengatakan pelemahan Rupiah menjadi masalah kritis yang menyebabkan kenaikan harga bahan baku impor di sektor kesehatan. Efeknya harga jual obat-obatan hingga ketersediaan alat kesehatan yang berujung pada kemampuan aksesibilitas pasien.
Senada dengan ARSSI, Direktur PT FAS Utama Medika, Pratoto S. Raharjo juga merasakan dampak pelemahan Rupiah terhadap pasokan dan harga alat kesehatan. Jika kondisi ini berkepanjangan maka akan membebani industri di tengah upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Seperti apa dampak pelemahan Rupiah ke industri kesehatan? Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Iing Ichsan Hanafi dan Direktur PT FAS Utama Medika, Pratoto S. Raharjo dalam Profit, CNBC Indonesia (Kamis, 25/04/2024)