Jakarta, CNBC Indonesia – PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), melalui anak usahanya PT Batam Tirta Surya (BTS) telah mendirikan perusahaan patungan (joint venture) dengan PT PLN Nusantara Renewables (PLN NR), yang merupakan anak perusahaan yang miliki seluruhnya oleh PT PLN Nusantara Power (PLN NP), yang bernama PT Nusantara Tembesi Baru Energi (NTBE).

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan patungan tersebut didirikan pada tanggal 4 April 2024.

NTBE bergerak di bidang usaha penyediaan tenaga listrik dan merupakan tindak lanjut dari penandatanganan perjanjian jual beli listrik antara konsorsium perseroan dan PLN NP dengan PLN Batam sehubungan dengan penyedia listrik tenaga surya terapung tembesi 46 MWp. Hal itu telah dilaporkan oleh Perseroan ke OJK dan diumumkan kepada masyarakat pada tanggal 15 Februari 2024.

“Komposisi kepemilikan NTBE adalah BTS memiliki 49% saham dan PLN NR memiliki 51% saham,” tulis manajemen, Selasa (30/4).

Pendirian NTBE tersebut telah dinyatakan dalam Akta Pendirian No. 3 tertanggal 4 April 2024 yang dibuat di hadapan Mina Ng, S.H., SPN., M.KN., Notaris di Jakarta Selatan dan telah mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0026059.AH.01.01.Tahun 2024 tertanggal 4 April 2024.

“Tidak ada hubungan afiliasi antara Perseroan dan BTS dengan PLN NR,” sebutnya.

Pendirian NTBE merupakan inisiatif Perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha ke sektor energi terbarukan.

Seperti diketahui, Indonesia dan Singapura segera melakukan perdagangan listrik lintas negara, di mana listrik yang akan diperjualbelikan direncanakan berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Salah satu progress dari rencana kerja sama jual beli listrik lintas negara ini ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MoU) antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif dan Second Minister for Trade and Industry Singapura, Tan See Leng, di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (08/09/2023).

MoU ini berisi kesepakatan terkait kerja sama energi rendah karbon dan interkoneksi listrik lintas batas antara Indonesia dan Singapura.

“Ini juga kelanjutan dari ASEAN Meeting di Bali, dan ini akan meningkatkan interkoneksi di ASEAN,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana di Jakarta, Jumat (08/09/2023).

Lantas, berapa besar listrik yang akan diekspor Indonesia ke Singapura?

Dadan mengaku belum ada kepastian berapa besar listrik yang dibutuhkan Singapura dari Indonesia. Namun kemungkinan, menurutnya bisa mencapai sekitar 2 Giga Watt (GW).

“Saya dengar katanya 2 GW, tapi kita belum lihat kapan 2 GW itu apa sekarang, yang saya dengar itu yang akan kita pastikan secara formal, kan nanti ada investasi harus pasti nanti gimana mereka belinya,” jelasnya.

Dadan menyebut, MoU yang telah disepakati itu akan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk lima tahun periode berikutnya.

“Lima tahun bisa diperpanjang sekali,” tambahnya.

Di lain sisi, Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Tan See Leng mengatakan, otoritas energi Singapura telah menyetujui impor listrik rendah karbon sebanyak 2 Giga Watt dari Indonesia ke Singapura.

“Dengan gembira saya umumkan bahwa EMA (Energy Market Authority Singapore) telah memberikan persetujuan bersyarat untuk impor 2 Giga Watt listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura,” beber Tan See Leng, dilansir dari detikcom, dalam acara Indonesia Sustainable Forum 2023, di Park Hyatt Hotel, Jakarta Pusat, Jumat (8/9/2023).

Ada sekitar lima perusahaan dari Indonesia yang mengajukan proposal untuk menyediakan listrik rendah karbon ke Negeri Singa ini.

Pertama, tiga perusahaan yang tergabung dalam konsorsium Pacific Medco Solar Energy, kedua Adaro Green, dan juga TBS Energi Utama.

Tan See Leng menjelaskan secara kolektif, perusahaan-perusahaan tersebut bakal memasang sekitar 11 Giga Watt kapasitas panel surya dan 21 Giga Watt penyimpanan energi baterai di Indonesia.

“Proyek-proyek ini akan menjadi pembangkit listrik tenaga surya dan baterai terbesar di Indonesia dan akan melayani kebutuhan energi Indonesia dan Singapura,” ungkap Tan See Leng.

Tan See Leng juga menjelaskan hingga 2035 negaranya bakal mengimpor 4 GW listrik rendah karbon. Dari jumlah tersebut, 50% kebutuhannya dipenuhi dari Indonesia. Menurutnya, hal ini merupakan bukti kemitraan erat antara dua negara besar di Asia Tenggara tersebut.

“Faktanya, bahwa setengah dari jumlah tersebut akan berasal dari Indonesia merupakan bukti kemitraan jangka panjang dan komprehensif,” pungkas Tan See Leng.

Perlu diketahui, area kerja sama yang disepakati dalam MoU Kementerian ESDM Indonesia dan Singapura meliputi:

– Pengembangan proyek energi rendah karbon komersial, termasuk interkoneksi untuk perdagangan listrik lintas batas antara Indonesia dan Singapura, sebagaimana disetujui oleh pemerintah Indonesia dan Singapura.

– Pertukaran informasi tentang kebijakan dan persetujuan peraturan dan kerangka kerja untuk memungkinkan proyek perdagangan listrik lintas batas komersial.

– Memfasilitasi pengembangan proyek perdagangan tenaga listrik lintas batas, termasuk kredit karbon sesuai dengan peraturan perundang-undangan masing-masing.

– Bidang kerja sama lain yang diputuskan bersama oleh Para Pihak.

MoU terkait energi ini melengkapi MoU sebelumnya yang telah diteken antara Kementerian ESDM RI dengan Ministry of Trade and Industry (MTI) Singapura pada 21 Januari 2022 lalu.

Di mana, area kerja sama tersebut mencakup pengembangan teknologi energi rendah karbon (solar PV, hydrogen, dan CCS/CCUS); pengembangan jaringan listrik regional, interkoneksi lintas-batas, dan perdagangan energi; fasilitasi pembiayaan proyek energi; dan pengembangan sumber daya manusia terkait.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu mengatakan untuk eksekusi dari nota kesepahaman terkait interkoneksi listrik tersebut masih menunggu permintaan dari Singapura, untuk kemudian dikonsolidasikan dengan PT PLN (Persero).

“Jadi nanti PLN di depan nanti untuk pengelolaan transmisinya, supaya tidak ruwet jadi harus terkonsolidasi,” imbuhnya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Buana Finance Tepis Isu Akuisisi Investor Singapura Akuisisi Rp2,1 T


(ayh/ayh)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *