Jakarta, CNBC Indonesia – Investor sukses yang mendulang kekayaan melalui pasar saham, Lo Kheng Hong, terkenal dengan strategi value investing-nya, yaitu menilai banyak saham-saham dengan harga yang salah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga salah ini dalam artian harganya undervalue alias murah ketimbang valuasi aslinya.
Namun dia menegaskan perlu kecermatan dari investor dalam melihat kesempatan saham mana yang masuk dalam kategori ini.
Analoginya, jika cermat investor bisa membeli saham di harga bajay, padahal aslinya harga saham tersebut masuk kategori lebih tinggi alias masuk tipe mobil Mercedes Benz (Mercy).
“Di dunia nyata tidak ada orang yang menjual Mercy harga Bajaj, tapi di bursa saham banyak,” ujarnya dikutip Selasa (2/5).
Untuk menemukan wonderful company di pasar saham, kata Lo, kunci sederhananya adalah dari valuasi price to earnings (PER) dan price to book (PBV). “Sebenarnya cuma melakukan penambahan, pembagian, pengurangan, perkalian, yang simple tapi ini sempurna,” imbuhnya.
Setelah membeli saham dengan PER dan PBV rendah, lanjutnya, tentu memerlukan waktu agar saham dengan harga Bajaj ini untuk bisa kembali ke harga Mercy. Dalam hal ini, kesabaran investor harus diuji.
“Memang kesabaran adalah ilmu tingkat tinggi, belajarnya setiap hari, ujiannya sering mendadak. Tetapi investor yang lulus ujian akan mendapat cuan yang besar,” sebutnya.
Untuk bisa mencapai tahapan melakukan value investing atau investasi dengan prinsip nilai, diakuinya memang tidak mudah.
Sebab di masa awalnya berinvestasi kurang lebih 32 tahun silam, seorang Lo Kheng Hong pun pernah merasakan menjadi investor yang ikut-ikutan karena belum paham cara berinvestasi yang benar.
“Saya sama sekali buta dengan saham, jadi saya beli saham tanpa pengetahuan sama sekali. Waktu itu strategi saya bukan value investing tapi pertama kali itu adalah beli saham IPO [initial public offering], ketika listing saya jual. Itu strategi saya, itu yang 32 tahun yang lalu,” terang dia.
Langkah ini dilakukan karena melihat tren saham-saham yang baru melakukan IPO lalu sahamnya naik. Namun sayangnya, ketika pertama kali mencoba dia malah mengalami kerugian padahal demand atas saham tersebut cukup tinggi.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, dia banyak belajar mulai dengan memahami kinerja emiten dan strategi investasi dari investor yang sudah lebih dulu sukses, seperti Warren Buffet. Dia juga mulai memperhatikan kondisi pergerakan harga saham untuk menentukan posisinya.
“Jadi saya selalu mikirin safety, tidak mengejar yang naik tapi membeli saham yang belum naik,” imbuhnya.
Pergerakan saham ‘Mercy’ ini, menurut dia tercermin dalam kondisi pandemi. Sebab banyak saham-saham dengan kondisi fundamental baik justru banyak dilepas investor saat ini.
Dia menilai kondisi ini hanya terjadi dalam jangka pendek saja, untuk jangka panjang nantinya akan terseleksi mana saham yang benar-benar memiliki potensi kenaikan karena fundamentalnya baik.
Artikel Selanjutnya
Lo Kheng Hong Sebut Kebiasaan Warga RI Ini Bikin Miskin
(fsd/fsd)