Jakarta, CNBC Indonesia – Bank digital milik Grup Emtek PT Super Bank Indonesia mencatatkan rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp105,06 miliar pada kuartal I-2024. Jumlah itu membengkak 203,96% secara tahunan atau year on year (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp34,56 miliar.
Padahal, perusahaan membukukan peningkatan pada kinerja top line. Merinci laporan keuangan Superbank yang berakhir periode Maret 2024, pendapatan bunga tercatat sebesar Rp120,51 miliar, melonjak 75,44% yoy.
Beban bunga ikut membengkak 163% yoy menjadi Rp8,58 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Lantas, pendapatan bunga bersih tumbuh 71,08% yoy menjadi Rp111,93 miliar dari setahun sebelumnya Rp65,43 miliar.
Namun begitu, Superbank mencatatkan sejumlah peningkatan pada beban operasional. Seperti beban tenaga kerja naik menjadi Rp119,34 miliar, beban promosi menjadi Rp1,35 miliar, beban lainnya menjadi Rp60,45 miliar. Beban operasional lainnya tercatat naik menjadi Rp212,7 miliar.
Lantas, laba operasional tercatat sebesar Rp100,76 miliar, membengkak 191,52% yoy dari Rp34,56 miliar pada kuartal I-2023.
Pada fungsi intermediasi, Superbank tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp3,1 triliun, tumbuh 221,84% yoy sepanjang kuartal I-2024.
Sementara itu, kualitas kredit memburuk seiring dengan bertambahnya penyaluran kredit. Adapun rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 4,76% pada Maret 2024, dari yang setahun sebelumnya 3,97%. NPL net juga naik jadi 0,57% dari sebelumnya 0,26%.
Pada pendanaan, Superbank tercatat telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp604,40 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Jumlah itu bertambah 27,89% yoy dari setahun sebelumnya sebesar Rp472,56 miliar.
Namun begitu, rasio pinjaman terhadap simpanan amat sangat ketat, yakni 515,13% pada 31 Maret 2024.
Total aset Superbank pun naik 12,31% yoy menjadi Rp6,24 triliun.
Artikel Selanjutnya
Induk Akulaku (BBYB) Bukukan Rugi Rp 573 M di 2023, Kenapa?
(fsd/fsd)