Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan rupiah pada pembukaan hari ini berhasil mematahkan penguatan rupiah selama tiga hari beruntun pada perdagangan sebelumnya. Rupiah bertahan di level psikologis Rp16.000/US$1.

Melansir data Refintiv, pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa (7/5/2024) pukul 09.00 WIB, Rupiah dibuka melemah 0,19% di level Rp16.050/US$1.


Sementara, pada perdagangan Senin (6/5/2024) rupiah berhasil ditutup menguat 0,37% di level Rp16.020/US$1. Hal ini menjadikan penguatan rupiah selama tiga hari beruntun.

Penguatan rupiah sejalan dengan mulai melandainya pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh level 104, sebelum akhirnya kembali ke level 105 pada perdagangan kemarin Senin (6/5/2024). Dan turunnya imbal hasil Tresury AS 10 tahun ke level 4,48% pada perdagangan kemarin juga mendorong penguatan rupiah.

Dorongan optimisme terhadap pemotongan suku bunga AS juga mendorong pelemahan dolar AS dan imbal hasil Treasury AS.

Para pelaku pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 48 basis poin dari The Fed pada akhir tahun 2024, dengan penurunan pertama diharapkan pada bulan September atau November, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG. Dalam beberapa minggu terakhir, para pelaku pasar hanya memperkirakan satu pemotongan karena tanda-tanda inflasi yang tinggi.

Rupiah juga terdorong dari sentimen positif dalam negeri yang mampu menarik daya beli asing.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 naik menjadi 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi. Konsensus memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,09%.


Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku kuartal I 2024 mencapai Rp5.288,3 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Rp3.112,9 triliun.

Ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 terhadap kuartal I 2023 tumbuh sebesar 5,11% (yoy). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,88 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 24,29%.

Ekonomi Indonesia kuartal I 2024 terhadap kuartal sebelumnya terkontraksi sebesar 0,83% (qoq). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Pendidikan sebesar 10,34%. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 36,69%.

Selama kuartal I 2024 kelompok provinsi di Pulau Jawa masih menunjukkan pengaruhnya secara spasial dalam perekonomian Indonesia dengan mencatat peranan sebesar 57,70% walaupun mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 4,84% dibanding kuartal I 2023 (yoy).

CNBC Indonesia Research

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Dibuka Loyo Hari ini, Dolar Balik Rp15.500


(saw/saw)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *