Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian pelaku pasar akan berbagai data penting dalam beberapa pekan ke depan terutama inflasi AS.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,19% di angka Rp16.070/US$ pada hari ini, Senin (13/5/2024).
Sementara, DXY pada pukul 09.05 WIB naik ke angka 105,35 atau menguat 0,04%.
Di balik penurunan nilai rupiah, beberapa faktor menjadi turut menjadi penggerak, seperti yield (imbal hasil) obligasi pemerintah Amerika Serikat (UST) yang meningkat, bersama dengan penguatan DXY, turut memperkuat posisi dolar AS.
Hal ini terjadi menjelang pengumuman data Indeks Harga Produsen (PPI) dan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS. Sentimen ini menjadikan kekhawatiran akan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang mungkin berlangsung lebih lama dari yang diharapkan.
Sementara itu, imbal hasil UST naik di sesi New York, dengan imbal hasil 10 tahun mencatatkan kenaikan sebesar 6 basis poin (bps) menjadi 4,50%, dan berada pada level 4.4963% pada penutupan perdagangan.
Dalam pasar domestik, imbal hasil obligasi Rupiah (IDR) 10 tahun ditutup pada 6,95% pada Rabu lalu. Namun, pasar mengalihkan perhatiannya pada data inflasi AS yang akan diumumkan. Proyeksi untuk PPI bulan April tetap tidak berubah, diperkirakan sebesar 2,4% secara tahunan dan 0,2% secara bulanan.
Sementara itu, konsensus untuk CPI bulan April berada pada 0,3% secara bulanan dan 3,6% secara tahunan, turun dari sebelumnya yang sebesar 0,4% secara bulanan dan 3,8% secara tahunan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Sidang Perdana MK Anies Baswedan, Rupiah Jeblok ke Rp15.825/US$
(mza/mza)