Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) memiliki kinerja fundamental yang cukup baik sejak lahir pada tahun 2021 lalu. Saham perbankan syariah tersebut direkomendasikan buy/beli dengan target harga/target price (TP) hingga Rp3.400.
Analis saham emiten dari UBS Sekuritas Indonesia Joshua Tanja dan Ivan Reynaldo Sutheja dalam hasil risetnya menyebut, kehadiran BSI membawa pengaruh positif yang luar biasa terhadap sektor perbankan syariah di Indonesia yang berkembang pesat dan lebih menguntungkan.
Menurut mereka, hal tersebut tak terlepas dari populasi sekitar 240 juta muslim di Tanah Air, atau yang terbesar di dunia.
Apalagi, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia BSI pun mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42% pada 2023. Margin pembiayaan bersih BSI yang tinggi sebesar 5,9%, sebanding dengan empat bank besar (BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA).
“Ke depan, menurunnya inflasi tidak hanya memberikan ruang untuk penurunan suku bunga dan prospek pendapatan margin bersih (NIM) yang lebih baik untuk proyeksi 2025, namun juga menunjukkan prospek kualitas aset yang lebih baik. Kami memulai dengan target harga Rp3.400 berdasarkan estimasi PB 3,0 X pada 2025,” tulis kedua analis dalam risetnya.
Adapun rekomendasi harga tersebut merupakan target selama 12 bulan. Sebagai informasi pada Mei 2024 hingga perdagangan Selasa (14/5/2024) BRIS ditutup pada level harga Rp 2.300-Rp 2.790.
Terkait hal tersebut, Rizky Budinanda, Head of Investor Relation BSI menjelaskan, perseroan senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi umat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan. Selain itu perseroan selalu berkomitmen memberikan potential gain kepada investor atas investasi di saham BRIS.
“Saham BRIS ke depan merefleksikan prospek positif pertumbuhan kinerja berkelanjutan. Baik kinerja keuangan, prospek pasar perbankan syariah di Tanah Air yang pertumbuhannya masih luas, juga secara umum industri perbankan Indonesia yang masih tumbuh sehat dan berkelanjutan,” ujarnya menjelaskan.
Rizki lanjut merinci, laba BSI hingga kuartal I/2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik. DPK BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43% secara tahunan mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38%.
Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38% YoY dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60% nasabah. Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75% yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.
Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89% year on year (yoy), di mana sebanyak 54,62% disalurkan pada segmen konsumer.
Hingga kuartal I/2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25% atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun Return On Asset (ROA) 2,51%, return on equity (ROE) 18,30%, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05%.
Sementara itu, non-performing financing (NPF) gross 2,01% yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit dibawah 1% yaitu 0,88%. Sementara itu cash coverage mencapai 196,61% hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum treshold yang sebesar 200%.
“Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif. Faktor fundamental yang kuat, rasio keuangan yang sehat, segmen konsumer ritel syariah yang terus diminati masyarakat, kami rasa akan diapresiasi dengan baik oleh investor di pasar modal,” lanjut Rizki.
Sebagai gambaran, kinerja fundamental apik yang ditorehkan BSI sejak kelahirannya pada 2021, membuat perseroan masuk 6 bank posisi teratas dengan raihan terbaik di industri perbankan nasional setidaknya hingga 2023. Untuk aset, BSI berada di peringkat 6 yang sebesar Rp354 triliun atau bertumbuh 15,67% secara tahunan.
Artikel Selanjutnya
Luncurkan RDN Online, BSI Dorong Pertumbuhan Investor Syariah
(mkh/mkh)